Latest News

Free West Papua

Free West Papua
Saturday, May 27, 2017

Coretan: Jangan Rasis dan Mengira Cina itu Imperialis

Danial Indrakusuma Menulis:
Agar jangan rasis dan mengira Cina itu imperialis:

Cina adalah surga sub-kontraktor atau vendor barang-barang Amerika, Eropa, Spanyol, Jepang, dan negeri-negeri bermodal besar lainnya. Mereka mengerjakan order dengan petunjuk dan (bahkan) teknologi dari negeri-negeri maju yang meng-order. Dan sebagian besar modalnya pun milik negeri-negeri peng-order. iPhone yang harganya $300 di Amerika, dibagi $85 untuk dealer (di Amerika), $60 untuk Apple, dan untuk pekerja Cina (termasuk CEO nya) sekadar $2.61. Cina, kemudian (dalam transfer teknologinya, membuat modifikasi tiruannya dengan bahan dan kapasitas yang lebih murah sehingga harga dan kualitasnya lebih rendah.

Hapir semua teknologi induk--formula/rumus, invention, inovation--ditahan atau menjadi milik/paten alias monopoli kapitalis-kapitalis besar di negeri-negeri maju tersebut. Jepang saja hampir sebagian besar adalah modifikasi atau pemwujud dari teknologi induk, formual/rumus, invention dan inovation teknologi yang dimonopoli kapitalis-kapitalis tersebut (imperialisme). Bahkan mesin-mesin canggih banyak yang tidak ditempatkan di luar negerinya. Apalagi di negeri-negeri berkembang--bahkan modal dan sarana-sarana produksinya pun dimiliki oleh asing, negeri-negeri berkembang hanya menyediakan tenaga kerja (sebagian besar non-skill), bahan baku, dan tansportasi (dalam jarak tertentu saja) dll.

Selama puluhan tahun barang-barang Jepang yang murah (apalagi ada dumping policy, menjual murah di luar negerinya, menjual mahal di negerinya sendiri), merajai pasar-pasar negeri-negeri berdaya beli rendah seperti Asia, Afrika dan Amerika Latin, bahkan Amerika dan Eropa (dengan ketentuan kualitas tertentu).

Sekarang modal-modal kapitalis besar mencoba mengatasi ancaman tersebut melalui kaki-tangannya, yakni Cina dan Taiwan dll, untuk merebut pasar di negeri-negeri berdaya beli rendah. Cengkraman modal kapitalis-kapitalis besar akan lebih kuat dan besar bila melalui Cina dan Taiwan, ketimbang terhadap Jepang, yang mulai setahap demi setahap modal dan teknologi (modifikasinya) mulai melepaskan diri, namun tetap saja Jepang masih harus membayar royalti pada para kapitalis yang memonopoli teknologi induk, formula/rumus, invention dan inovation.

Untuk menjaga pasar Amerika dan Eropa, mereka mendirikan Trans-Atlantic Trade and Investment Patnerahip (TTIP/ persekongkolan atau komplotan perdagangan dan investasi Trans-Atlantik), yang diprotes ratusan ribu rakyat Jerman dan 30-an ribu rakyat NZ. Dari mana kapitalis-kapitalis besar itu memperoleh teknologi induk, formula/rumus, invention dan inovation tersebut? Setelah krisis besar (over produksi atau excess Supply) tahun 1929-1932, ternyata tak bisa diatasi oleh cara Keynesian, maka pemerintah mensubsidi perusahaan-perusahaan yang bangkrut, mensubsidi komplek-komplek militer dan mensubsidi universitas-universitas.

Komplek-kompleh militer dan universitas-universitas tersebut disubsidi dengan tugas sebagai research and development (penelitian dan pengembangan) teknologi barang-barang keperluan perang. Setelah teknologinya ditemukan, kemudian diserahkan kepada swasta sebagai produsen barang-barang terutama untuk kebutuhan perang. Dan barang-barang tersebut sudah pasti pembelinya: pemerintah. Sebagai contoh: modem pertama di dunia, merek Hayes, yang diproduksi swasta, adalah teknologi yang ditemukan dan dipasok dari kompleks militer. Bahkan Inggris sampai sekarang masih berutang pembelian perlengkapan perang tersebut.

Maka ekonomi Amerika bangkit terutama sejak tahun 1940-1970. Sedangkan Jerman, setelah menyerap hasil revolusi industri dari Inggris, mulai menstandardisasi teknologinya dari utara hingga selatan Jerman--sampai-sampai bahasa pun diseragamkan. Dan Jerman memulai membangun teknologi induk, formula/rumus, invention dan inovation sendiri tapi berjalan lebih lambat. Percepatannya dilakukan oleh rejim Nazi dengan melakukan cara seperti Amerika--bekerjasama dengan para kapitalis dan militer untuk mengembangkan reserach and development.

Yang mengagetkan adalah Rusia yang, setelah revolusi 1917, penduduknya masih sebagian besar kaum tani dan industrinya tinggal 13%, serta tenaga terdidiknya masih sangat sedikit dan itupun seringkali menyabot revolusi, tapi kenapa Yuri Gargarin yang terlebih dahulu ke luar angkasa dan meng-orbit bumi? Itu karena mereka, setelah revolusi, mulai membuka negerinya terhadap dunia luar (termasuk perdagangannya) dan mengembangkan research and development dengan memodifikasi sampai menemukan teknologi induk, formula/rumus, invention dan inovation darinbekas negeri-negeri yang menghisapnya sebelum revolusi, seperti Jerman, Inggis dan Prancis.

Namun barang-barang produksinya, tidak seperti Cina, lebih baik kualitasnya, karena bukan diprioritaskan untuk pasar tapi untuk distribusi dalam negeri atau bantuan-bantuan luar negeri. Dan Jepang adalah hasil didikan Jerman, restorasi Meiji, dan bantuan teknologi serta modal (untuk modifikasi) dari Marshall Plan. Kuba, negeri miskin, teknologi kesehatannya bisa mencapai salah satu yang terbaik di dunia, dan murah (gratis, malah). Pemerintah Kuba mengambil manfaat teknologi dari negeri-negeri bekas sosialis--menukarkan sebagian besar produksi gulanya demi teknologi dan guru/instruktur kesehatan dengan negeri-negeri tersebut.

Benarkah realita bahwa ada negeri-negeri berdaya beli rendah? Tidak seharusnya realitanya seperti itu. Bisa begitu karena tenaga produktif--kepandaian manusia (human experience), teknologinya, dan perkakas produksinya (yang semakin dimonetisasi sebagai kapital--di dunia sekarang ini, SEBENARNYA, sudah bisa memproduksi barang-barang yang melimpah, karenanya bisa murah, bahkan gratis--misalnya, produksi pangan dunia, sebenarnya, sudah bisa memberi makan 6 kali penduduk dunia. Namun Afrika kelaparan.

Itu karena sarana-sarana/alat-alat poduksi/bahan-bahan produksi atau sumber hakat hidup orang banyak dimiliki/dikuasai/dikendalikan oleh kapitalis--terutama kapitalis monopoli (imperialisme). Hitungan pendapatan sekadar numerik moneter.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Post a Comment

Item Reviewed: Coretan: Jangan Rasis dan Mengira Cina itu Imperialis Rating: 5 Reviewed By: Unknown